Telah sepekan ini cuaca sedikit berbeda dari yang diprakirakan. Hasilnya, aku harus terkapar terbaring seharian karena salju yang turun tak terduga. Meski kemana-mana selalu kukenakan jaket untuk pelapis tubuh (yang juga sudah dibalut pakaian berlapis-lapis), namun tetap saja hari Selasa lalu aku tak menduga bakal turun salju. Ketika kuberjalan ke perhentian bis setelah semalam suntuk tidak tidur bertarung dengan kode-kode PHP yang semakin tak jelas, perlahan namun pasti butir-butir salju yang ringan dan putih jatuh di jalanan, jaket, dedaunan, dan rerumputan. Bahkan ketika sampai di perhentian bis pun, salju turun semakin lebat membuat pandang sedikit buram sehingga agak susah mengenali kendaraan yang lalu lalang. Menunggu dalam guyuran salju, temanku mulai mengumpat, "dingin salju ini serasa di neraka", katanya. Duh..belum tahu dia kalo' neraka tu (katanya) panas bukan main.
Ketika kami sudah berada di dalam bis, sedikit agak hangat rasanya. Meski bis berjalan pelan karena mungkin pengemudinya juga mengalami kesulitan memandang ke depan, tapi aku tak khawatir terlambat karena pagi ini aku berangkat lebih pagi. Sesampai di kampus pun, sebagian area kampus berwarna putih tertutup salju.
Aku menuju ke open-lab untuk meneruskan pertarunganku dengan kode-kode PHP yang harus kami kumpulkan pagi itu, namun sayang labnya belum buka, duh..Dan ketika lab t'lah dibuka, tak banyak waktu yang kulewatkan untuk bertarung dg PHP, karena aku harus lanjut untuk kuliah pagi. Alhasil, dalam kelas..beberapa kali aku pergi ke alam mimpi, untung gak sampai dilempar spidol karena gak ketahuan. Kepalaku semakin ringan..melayang-layang..(tapi bukan fly) Karena tak tertahankan, ku pergi ke kamar kecil untuk membasuh muka dengan air dingin. Akhirnya sukses juga kulalui kuliah pagi itu.
Lepas kuliah pagi, aku masih ada pertemuan dengan salah satu dosen utk membahas proyek website. (Namanya memang proyek, tapi karena statusku, aku gak bisa menerima doku :p)
Semakin melayang saja rasanya kepala ini. Masih ada 2 kuliah lagi..duh terus gak ya..
Saturday, January 31, 2009
Monday, January 19, 2009
Museum Gelas

Di langit-langit lorong jembatan, yang melintang di atas jalur kereta, terpajang beraneka bentuk dan warna kerajinan gelas yang memanjakan berpasang-pasang mata yang menikmatinya.
Andai saja di lorong-lorong jembatan yang melintang saling menyilang di berbagai penjuru Surabaya dikasih hiasan seperti itu, muncul satu pertanyaan, apa bisa tahan lama ya ??
Di Museum gelas di kota Tacoma ini terpajang beraneka kerajinan karya berbagai seniman yang ada di sini. Ada juga lokakarya membuat kerajinan gelas, dan juga atraksi dari para seniman yang membuat kerajinan gelas ini secara langsung di area yang disebut Tungku. Dalam atraksi tersebut, sang seniman akan mempraktekkan cara membakar gelas tersebut, membuat beragam bentuk, baik meniup, maupun memilin. Dengan di dampingi "penerjemah" yang menerangkan proses yang terjadi. Di museum ini juga terdapat sejumlah bendera negara asing, sayang aku tidak menemukan sebentuk bendera sederhana yang selalu menemaniku upacara dulu.
Acapkali otakku yang sudah malas diajak berpikir ini merasa bingung, orang luar negeri itu kok pinter2 jualan ya. hampir segala hal bisa dijual. Padahal, di daerah Giri, Gresik banyak perajin kemasan yang kaya'nya gak kalah dan layak jual. Sama seperti kalo' kita pergi ke Celuk, Bali. Ayo dong..masa' jualan makam doang...
Tuesday, January 13, 2009
Kuliah pagi
Memasuki minggu ke-2 quarter ini, beberapa kawan mengeluhkan jadwal kuliahnya yang terlalu pagi. Mereka mengeluh karena harus berangkat saat matahari belum terbit di ufuk timur. Bahkan boleh dikata sehabis subuh mereka harus angkat kaki dari apartemen, karena kalau tidak segera berangkat bisa-bisa ketinggalan bis yang menuju kampus dan bisa dipastikan akan terlambat mengikuti kelas.
Sebenarnya kalo' dipikir-pikir nggak parah-parah amat sih jadwal mereka, meski tak jarang mereka berangkat pagi banget dan baru selesai kuliah setelah maghrib. Nggak separah cerita kawan saya yang dulu kuliah di Unjem (baca: Universitas Jember, sorry.. no offense Sob) tahun 90an, yang katanya harus kuliah pagi-pagi juga, sama-sama harus berangkat setelah subuh.
Bedanya adalah di Indonesia (Jawa Timur dan sekitarnya..) subuhnya kira-kira jam 4, lha di sini hari-hari ini paling jam 6:20an. Di Indonesia (Jawa Timur dan sekitarnya..) surya terbit kira-kira 5:30an sedang di sini (hari-hari ini) hampir jam 8. Sementara untuk hari-hari ini Maghrib sekitar jam 5 kurang seperempat.
Kebayang 'kan "enak"-nya kalo' puasa pas musim dingin :) Baru sebentar berpuasa dah maghrib :p
Friday, January 9, 2009
Nasi pecel ala pelajar rantau
Apa sih istimewanya nasi pecel, bisa jadi hampir tiap hari kita yang lahir dan besar di tanah Jawa menikmatinya. Lha terus..kenapa kita bahas nasi pecel? apa gak ada bahasan yang lebih menarik? Bahas invasi Israel ke Gaza ato gimana gitu, kan lagi "in", ini malah ngomongin nasi pecel. Paling tidak bagi saya saat ini nasi pecel ini jauh lebih nikmat dari Pecel Bu Kus atau Pecel Hj. Boeyatin yang terkenal itu, ditanggung. (Baca terus kalo' pengin tahu alasannya)
Berikut resep nasi pecel ala pelajar rantau
Nikmatnya pecel ini adalah, ketika sudah terhitung bulan tidak makan pecel, mau cari warung pojok yang murah-meriah seperti wapro juga gak nemu-nemu
intinya jadi nikmat karena gak da sainganna
Berikut resep nasi pecel ala pelajar rantau
- Nasi (cukup) di-tim aja karena gak punya rice cooker apalagi dandang.
- Kacang panjang yang diameternya sebesar jemari bayi, dipotong-potong 5 senti (gak usah diukur pake mistar...:p), dimasukkan dalam air mendidih sampe agak empuk
- Kecambah yang ukurannya sebesar gajah (hehe..hiperbolis banget ya) cukup disiram dengan air panas aja
- Bumbu pecel hasil dari jelajah supermarket asia, disiram air panas
- Telur, cukup diceplok alias bikin mata sapi karena kehabisan bawang merah dan juga cabe
- Kerupuk digoreng gosong karena minyaknya habis
- Ambil nasi hangat secukupnya, apalagi uapnya masih mengepul
- taruh sejumput kacang panjang
- bersama dengan kecambah
- lalu siram dengan bumbu pecel
- Jangan lupa krupuk dan telor sebagai teman
Nikmatnya pecel ini adalah, ketika sudah terhitung bulan tidak makan pecel, mau cari warung pojok yang murah-meriah seperti wapro juga gak nemu-nemu
intinya jadi nikmat karena gak da sainganna
Friday, January 2, 2009
Tahun Baru 2009
Entah gerangan apa yang membuatku mengiyakan ajakan teman-teman untuk menonton parade kembang api di Seattle Center pada pergantian tahun kali ini. Daripada bingung terus bengong di rumah, mungkin lebih baik mengendurkan syaraf yang lagi tegang karena jengkel gak bisa telepon wifey karena jaringan selalu sibuk.
Kadang aku berpikir, gila juga orang-orang yang bersusah-payah turun ke jalan demi menyaksikan momen yang sebenarnya biasa saja ini. Dan di antara ribuan orang gila itu, terselip sejumlah orang Indonesia, termasuk juga aku.
Di sela rinai gerimis dan suhu di luar yang mendekati 0 C, tak sedikit yang datang membanjiri dan memadati kawasan Seattle Center. (Jadi teringat waktu di Surabaya, menjelang pergantian tahun biasanya jalan-jalan jadi padat karena berbagai kendaraan tumpah ruah di atasnya. Sambil meniup terompet kertas beraneka rupa yang memekakkan telinga ditambah dengan klakson yang bersahutan karena pengemudinya jengkel sebab kendaraannya tidak bisa berjalan. Prosesi yang sama dan selalu terulang dari tahun ke tahun)
Tapi memang tak semua hal harus bisa dijelaskan dan dipahami dengan akal.
Perjalanan dari Kent sampai ke Seattle paling cepat 1 jam, belum lagi gonta-ganti bisnya, toh aku tetap berangkat. Suhu saat itu yang mencapai 3 C juga tak menyurutkan niat sejumlah orang untuk bermain di air mancur yang terletak di depan Key Arena (tempat dulu tim NBA Seattle Supersonic biasa bertanding sebelum pindah ke Oklahoma City dan berganti menjadi OKC Thunder), sementara jemari tanganku terasa beku dibelai angin musim dingin, pun telinga yang terasa agak sakit menahankan dingin.
Di antara hadirin di Seattle Center ini, banyak juga terselip keluarga-keluarga beserta anak-anak mereka dari yang balita sampai yang remaja, tak ketinggalan pula pasangan muda-mudi yang tak segan berpangkuan di depan khalayak ramai (ini Amerika bung!).
Aku jadi tambah bete, ngapain tadi ikutan...
Bukannya aku jengah menyaksikan pasangan yang saling berpangkuan dan berpagutan, karena bak nasi dan sayur bagi orang Indonesia (sudah biasa), tapi dinginnya ini yang tak tertahankan (kulit ini sudah sekian puluh tahun terpanggang matahari Gresik-Surabaya, jadi agak susah menyesuaikannya). Ditambah lagi dengan rombongan yang entah berpindah ke mana ketika aku tinggal ke kamar kecil, huh...
Jelang tengah malam aku bergerak semakin mendekat ke Space Needle, hampir tak ada ruang untuk menjejakkan telapan sepatu. Padat dengan orang.
aku terpaku di tempat tak bisa bergerak, hingga sebagian orang bersorak ketika asap mulai mengepul di puncak menara, pertanda pertunjukkan kembang api hampir dimulai..
Dan..
satu demi satu, rangkaian kembang api itu meledak di udara membentuk pola-pola cahaya beraneka warna, meluncur deras menghantam udara lalu pecah menjadi bola-bola kecil sebelum akhirnya padam, ditingkahi oleh teriakan penonton yang takjub akan keindahan yang ditampilkan. Di bawah menara, band terus menyajikan alunan musik yang kurang begitu jelas terdengar tertutup oleh dentuman kembang api yang pecah. Mungkin mereka memainkan auld lang syne, selaiknya pergantian tahun baru di lain tempat.
Ah..berapa duit yang terbakar habis untuk pertunjukan ini...andai dan aku pun hanya bisa berandai-andai
Happy New Year buddy
Subscribe to:
Posts (Atom)